PENALARAN
INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Di Tulis Oleh : Andes Mario | 10112739
Dosen Pengajar : Hasdiana, S.Kom
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2
PROGRAM
STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA 2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan YME, Karena berkat rahmat dan Kasih nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini, Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia 2 yang di beri Judul “ PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF “.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
penulisan ini bisa terselesaikan, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dari penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran dari rekan-rekan sangat di
butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Demikian,
Terimakasih.
DAFTAR
ISI
COVER
______________________________________________________________
KATA PENGANTAR ___________________________________________________
DAFTAR ISI ___________________________________________________________
BAB I _________________________________________________________________
BAB II ________________________________________________________________
BAB III ________________________________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dari prosesnya, penalaran itu dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dalam
penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi
Disebutkonsekuensi.
1.2
Rumusan Masalah
Penalaran bebadakan menjadi 2 jenis, penulis akan mencoba
menguraikan perbedaan penalaran Induktif dan penalaran Deduktif.
1.3
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan Makalah ini :
1.
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia II
2.
Untuk memberikan pengetahuan
mengenai penalaran Induktif dan Deduktif
3.
Untuk memberikan pengetahuan
mengenai perbedaan antara penalaran Induktif dan Deduktif
Manfaat :
1.
Untuk menambah pengetahuan ilmiah
mengenai penalaran
2.
Untuk menambah pengetahuan ilmiah
untuk menyimpulkan suatu kasus atau
kejadian
1.4
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini, penulis mencari Informasi dari
berbagai sumber melalui Internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi– proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence).
2.2 Proposisi
Proposisi
adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat.
Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk
subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat
perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi .
Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi
kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi
kalimat berita yang netral.
Jenis – Jenis Proposisi :
Proposisi dapat dipandang dari 4
kriteria, yaitu berdasarkan :
a.
Berdasarkan
bentuk
b.
Berdasarkan
sifat
c.
Berdasarkan
Kualitas
d.
Berdasarkan
Kuantitas
Berdasarkan bentuk, Proposisi di
bedakan menjadi 2, yaitu :
a.
Tunggal
adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya
mengandung satu pernyataan.
Contoh
:
-
Semua
Petani harus bekerja keras
-
Setiap
pemuda adalah calon pemimpin
b.
Majemuk
atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu
predikat.
Contoh
:
-
Semua
Petani harus bekerja keras dan berhemat
-
Andi
bernyanyi dan menari
Berdasarkan sifat, proporsis
dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a.
Kategorial
adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan
/ memerlukan syarat apapun.
Contoh
:
-
Semua
kursi di ruangan ini pasti berwarna Coklat
-
Semua
daun pasti berwarna hijau
b.
Kondisional
adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan
predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi
kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh
Proposisi Kondisional :
-
jika
hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional
hipotesis:
-
Jika
harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional
disjungtif
Berdasarkan kualitas, proposisi
juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.
ositif(afirmatif)
adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan
predikat.
Contoh
:
-
Semua
dokter adalah orang pintar.
-
Sebagian
manusia adalah bersifat sosial.
b.
Negatif
adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak
mempunyai hubungan.
Contoh
:
-
Semua
harimau bukanlah singa.
-
Tidak
ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok
-
Berdasarkan kuantitas., proposisi
dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a.
Umum
adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh
:
-
Semua
gajah bukanlah kera.
-
Tidak
seekor gajah pun adalah kera.
b.
Khusus
adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian
subjeknya.
c.
Contoh
:
-
Sebagian
mahasiswa gemar olahraga
-
Tidak
semua mahasiswa pandai bernyanyi.
2.3 Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran
induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.
Generalisasi
adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan
fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala
serupa itu.
Analogi
merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
sejumlah gejala khusus yang bersamaan.
Hubungan
sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti
pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh
penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Contoh
generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah diindonesia
dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu
kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat
kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan
sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan
penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan
bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Macam
– macam generalisasi :
·
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi
dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat
kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
·
Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk
mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah
fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat
sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat,
kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi
dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
b.
Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat
khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru
berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan
bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam
bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan
pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya.
Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian
dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran
analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi
juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan
berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu
kesimpulan.
Contoh
Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak
persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang
sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan
bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari
menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah
mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
· Hubungan akibat sebab
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan
bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak
menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus
diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak
dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan
untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena
dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga
harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM
menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.
Contohnya
dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es
ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
2.4 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles
merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum
menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van
Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich
certain things being posited, something else than what is posited necessarily
follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada
penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial,
silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis,
yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara
langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak
langsung dari dua premis.
Contoh :
-Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya
listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya
listrik untuk beroperasi
kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya
listrik untuk beroperasi
Ada 2 macam penalaran deduktif
Menarik simpulan secara Langsung
Menarik simpulan secara Tidak Langsung
menarik Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis.
sedangkan menarik secara tidak langsung merupakan kebalikan dari secara
langsung dimana pada secara tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai
datanya.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran
Deduktif.
- Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran
Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan
Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.
- Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan
fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya disebut Deduksi. Jenis penalaran
Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan Entinem
3.2
Saran
Setelah membaca makalah karya
tulis ilmiah ini diharapkan para pembaca agar dapat memahami bagaimana cara
menalar yang baik,
mengetahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan
sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang
mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh
karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang
menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak
dapat ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar